Competitions
Patrick Kluivert berpotensi mencoret Rafael Struick dari skuad Garuda saat laga melawan Australia dan Bahrain di kualifikasi Piala Dunia 2026.
Langkah ini diduga berkaitan dengan perubahan strategi tim serta evaluasi performa pemain dalam era kepelatihan baru. Sejak ditunjuk menggantikan Shin Tae-yong pada Januari 2025, Kluivert disebut ingin membawa pendekatan berbeda dengan mengutamakan pemain yang sesuai dengan visi taktisnya.
Pergantian pelatih selalu membawa perubahan besar, dan hal ini juga terjadi di Timnas Indonesia. Shin Tae-yong, yang kontraknya berakhir pada Juni 2024, dikenal membangun tim dengan mengandalkan pemain naturalisasi dan diaspora Eropa seperti Rafael Struick, Jay Idzes, serta Ragnar Oratmangoen. Namun, Kluivert tampaknya memiliki pendekatan berbeda.
Pelatih asal Belanda Patrick Kluivert dikenal dengan filosofi permainan berbasis penguasaan bola serta tekanan tinggi (high-pressing). Ia ingin memastikan setiap pemain yang dipilih mampu beradaptasi dengan gaya bermain tersebut. Oleh karena itu, pemain yang tidak sesuai dengan skema taktisnya berpotensi tersisih.
Rafael Struick sempat menjadi salah satu andalan Timnas Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong. Namun, dalam beberapa pertandingan terakhir, performanya dinilai kurang konsisten. Salah satu contohnya terlihat saat Piala Asia U-23 2024, di mana Struick kesulitan menembus pertahanan tim kuat seperti Australia dan Jepang.
Dari sisi statistik, produktivitasnya juga menurun. Pada tahun 2023, Rafael Struick mencatatkan rata-rata 0,5 gol per pertandingan, tetapi angka ini menurun menjadi 0,2 gol di awal tahun 2025.
Hal ini menjadi pertimbangan bagi Kluivert, yang lebih mengutamakan pemain dengan kontribusi signifikan dalam permainan agresif. Nama-nama seperti Dimas Drajad dan beberapa pemain naturalisasi baru disebut-sebut lebih cocok dengan sistem yang diinginkan Kluivert.
Keputusan Kluivert ini sejalan dengan visi Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang ingin menjadikan Timnas Indonesia lebih kompetitif di tingkat internasional. Dengan target lolos ke Piala Dunia 2026, Kluivert mendapat dorongan untuk membuat keputusan berani, termasuk merombak skuad dengan memilih pemain yang dianggap lebih cocok untuk jangka panjang.
Namun, langkah ini juga memiliki risiko. Rafael Struick sebelumnya merupakan bagian dari lini serang Garuda yang sudah terbangun dalam beberapa tahun terakhir. Mengubah susunan pemain inti bisa berdampak pada chemistry tim, yang memerlukan waktu untuk dibangun kembali. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Kluivert dalam mempersiapkan tim menghadapi pertandingan penting di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Keputusan mencoret Struick menuai reaksi beragam dari publik sepak bola Indonesia. Sebagian mendukung langkah Kluivert, menganggapnya sebagai bagian dari penyegaran tim demi mencapai level yang lebih tinggi. Namun, ada juga yang mempertanyakan efektivitas keputusan ini, mengingat Struick adalah pemain yang telah berkontribusi besar di era sebelumnya.
Bagi Struick, ini bukan akhir dari perjalanannya di Timnas Indonesia. Jika ia mampu meningkatkan performanya di level klub bersama Brisbane Roar, peluangnya untuk kembali ke skuad Garuda tetap terbuka. Sementara itu, Kluivert juga memberi kesempatan bagi pemain muda berbakat seperti Ivar Jenner dan Marselino Ferdinan untuk mengambil peran lebih besar dalam tim.
Keputusan Patrick Kluivert untuk mencoret Rafael Struick mencerminkan dinamika sepak bola modern, di mana pergantian pelatih seringkali membawa perubahan besar. Meski berisiko, langkah ini bisa menjadi momen penting bagi Timnas Indonesia dalam menemukan identitas baru yang lebih solid.
Keberhasilan strategi Kluivert akan diuji dalam laga-laga krusial Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026, termasuk pertandingan melawan Australia pada Maret 2025. Jika perubahan ini membuahkan hasil positif, maka keputusan mencoret Struick akan dianggap sebagai bagian dari evolusi tim menuju level yang lebih tinggi di kancah internasional. Ikuti terus perkembangan Timnas Indonesia selengkapnya hanya di ShotsGoal!